Kenali dan Cintailah..

Hampir setiap sore sehabis pulang dari kantor Gubernur Aceh kegiatanku adalah bercengkrama dengan teman-teman kost sambil menikmati acara-acara TV. Acara berita dan humor yang menyegarkan menjadi favorit. Dan tampaknya berkenalan dengan orang baru kemudian menimba pengetahuan dari mereka adalah hal yang sangat menarik bagiku. Entah kenapa aku berpikir aku harus mendapat manfaat yang menarik dengan bertemu orang yang baru. Apalagi ketika kemarin di kost saya terhitung paling muda dan teman-teman yang ngekost disini adalah orang-orang rata-rata harus tinggal di Aceh karena tugas pekerjaan. saya sebut saja dua konstultan dari Jakarta yang sedang bertugas di bank daerah setempat Pak Frans yang bermarga Sitorus asli Tapanuli Selatan serta Pak Ahmad Subagyo kemudian Mas Bondan yang bekerja di bidang kotraktor yang juga jago bahasa Jepang karena pernah tinggal di Jepang 3 tahun [kapan ya saya bisa jalan-jalan ke Jepang]. Dari Pak Frans yang pernah bekerja di Bank Indonesia, saya belajar tahu bagaimana sebetulnya kasus-kasus aliran dana BI kemudian berbicara seputar ekonomi Indonesia. Dari Mas Bondan, saya belajar tahu tentang ide-ide membuat rumah yang menarik, interior yag murah tapi bagus, dan hal lain. [Buat ntar kalo saya punya duit wat buat rumah…Amin..]. Sayangnya saya tidak sempat belajar banyak dari Pak Bagyo ternyata seorang bankir ekonomi dan penulis buku karena kebetulan waktu senggang di Aceh beliau manfaatkan untuk menyelesaikan buku keduanya dan sedang berbahagia atas kelahiran putra pertamanya [Selamat Pak…kapan juga saya punya…. Halah.]. Dari obrolan-obrolan itu membuat saya kadang terus memikirkan kebiasaan jelek saya yaitu mikirin negara. Saya bilang jelek karena mikir sendiri saja masih ga karuan kok sok-sokan mikirin negara. Tapi diluar semua itu sebetulnya saya prihatin, sedih, benci dengan keadaan bangsa ini meskipun saya juga bangga dan bersyukur lahir di Indonesia.

Dari pikiran-pikiran yang kadang tumbuh, ulasan berita, opini-opini dan mungkin diskusi dengan orang sekian banyaknya. Saya merasa prihatin, sedih dan berpikir kok bisa ya negara yang sedemikian kaya sumber daya alamnya ini ternyata diubah jadi negara yang sedemikian miskin, negara buruh, negara pengekspor manusia, negara pengemis, dan negara konsumtif. Dan jelas sekali kalau melihat polanya sama aja dengan pola penjajahan penjajahan yang pernah diajari dulu pas semasa esempe yaitu mengeruk hasil alam dari negara jajahan, kemudian diolah dan dipasarkan lagi ke negara tersebut. Cuma sekarang metode penjajahannya lebih kreatif dan pinter, karena upah buruh di negara tersebut murah jadi diolah disitu sekalian. Lebih hemat dan untungnya lebih gede, diciptakan pula mode-mode dan kebiasaan dari negara-negara maju itu sambil meracuni pikiran bahwa inilah gaya modernisasi padahal isinya cuma iklan “ini lho saya jualan ini, silahkan beli kalo nda mau dibilang ndeso”. Ternyata bentuk penjajahan jaman sekarang memang tidak pernah disadari oleh rakyat Indonesia atau mungkin bahkan rakyat Indonesia yang sudah terlalu lama dijajah merasa tidak nyaman ketika tidak dijajah. Saya kasih contoh salah satu modelnya, dan saya yakin anda yang belajar ekonomi ataupun pasti tahu bahwa sebagian perusahaan bahkan lebih besar anggaran belanja perusahaannya daripada anggaran belanja suatu negara. Dan saya yakin juga anda tahu dengan uang sebanyak itu adalah sangat mudah untuk membuat kebijakan di suatu negara. Coba saja dilogika seandainya kebijakan pemerintah tidak sesuai atau merugikan investor asing, bisa dibayangkan bahwa ancaman boikot perekonomian dan investasi bakal membuat klenger tujuh kepayang.

Saya ga habis berpikir kok bisa ya begini, salah siapa ?

Dan ternyata Indonesia sudah sedemikian miskinnya sampai seorang warga negara asing dalam filmnya tentang Indonesia mengatakan bahwa seandainya utang luar negeri Indonesia dihapuskan pun tidak akan membuat Indonesia lepas dari belenggu kemiskinan, terus terang saya miris mendengar itu. Padahal boleh dibilang menurut saya utang luar negeri termasuk sumber bencana pembodohan negeri ini. Secara logika ketika utang semakin lama tidak kunjung kelar juga bayarnya, bunga utang tersebut pun semakin membengkak dan alhasil pemerintah harus memangkas subsidi minyak, subsidi listrik, dan subsidi-subsidi lain demi bisa membayar utang meskipun entah generasi keturunan kita yang keberapa yang akan mampu membayar lunas utang Indonesia.

Dan sialnya ternyata kondisi itu diperparah dengan tingginya korupsi di negeri ini. Bahkan bank sumber dana pemberi pinjaman sendiri mengakui bahwa utang negara hasil pinjaman luar negeri itu 30% nya ludes dibagi penguasa saat itu beserta kroninya. Dan rakyat yang harus membayar untuk hutang yang tidak pernah mereka nikmati. Ini lagi-lagi salah siapa ya ? Pejabatnya yang terlalu pinter atau rakyatnya yang dibikin kelewat bodoh biar nggak pada tahu apa-apa dan nggak pada protes ?

Sebetulnya saya mau menulis banyak, banyak sekali cerita sedih yang bisa ditulis tentang negeri ini tapi otak saya mentok gara-gara perasaan yang ga karuan-karuan gitu mana udah jam 2 lebih 42 menit pagi lagi. Akhirnya cukuplah miris itu saya simpan dihati, saya luapkan dengan melakukan yang terbaik yang saya, untuk keluarga saya nanti, dan syukur-syukur untuk negara ini kalau sudah duduk di DPR nanti. Dan semoga saat itu saya sadar dan yakin bahwa saya mau bersusah payah memikirkan negara ini bukan karena saya ingin penghasilan yang tidak halal tetapi karena saya mengenal dan saya mencintai bangsa ini.

3 thoughts on “Kenali dan Cintailah..”

  1. ente paling muda d st? kekekeke,, akhrinya jadi yg paling muda.

    bisa di ceritain tu bos! saya di sini juga byk denger cerita miris bumn kita. benar2 miris kalo denger.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *